Pages

Minggu, 19 Juni 2011

REOG PONOROGO

Reog,mendengar kata reog kita pasti langsung teringat dengan Ponorogo sebuah kota kecil di jawa timur.Reog merupakan salah satu dari ratusan Tari Topeng yang ada di Indonesia.keunikan lain dari reog adalah dari berat topeng Dhadak Merak atau yang biasa di sebut Singabarong yang berkisar 50-60kg. yang di pakai oleh penari reog dengan kekuatan gigi dan otot leher.dengan keunikannya ini kini reog terkenal sampai manca negara.



Sejarah asal-usul reog yang berkembang di masyarakat ponorogo terdiri dari beberapa versi namun hingga sampai saat ini belum ada kepastian dari beberapa versi itu mana yang benar

Salah satu versi menceritakan reog timbul pada masa pemerintah Bra Kertabumi di Majapahit. Pada pemerintahan raja tersebut konon salah seorang pembantu dekatnya yang bernama Ki Ageng Surya Alam menyingkir dari sisi sang Raja.
Bahkan Ki Ageng Surya menyingkir dari Ibukota Majapahit. Hal ini dilakukan oleh Ki Ageng Surya
karena melihat kerajaan Majapahit sudah menyimpang dari kebiasaan sehingga ia
memperkirakan akan dapat terjadi keruntuhan. Ki
Ageng Surya Alam menganggap permaisuri raja
terlalu banyak mempengaruhi prihal negara sehingga dirinya merasa tidak cocok lagi dan kemudian menyingkir ke sebuah desa yang bernama desa Kutu di Daerah Wengker (Ponorogo sekarang). Di desa Kutu itu Ki Ageng Surya Alam mendirikan sebuah perguruan yang mengajarkan ilmu“kanuragan” (ilmu kekebalan/kesaktian) di samping ilmu kebatinan dan keprajuritan.

Dalam perguruan ini diterapkan disiplin yang ketat dan para siswa yang terdiri dari para pemuda dilarang bergauldengan wanita. Untuk menghindari kontak dengan wanita para siswa pun diasramakan. Bagi yang melanggar pantangan yang unik ini, konon dapat kehilangan kesaktian yang telah dimiliki. Konon dari sini pula lahir tradisi Warok dengan “gemblaknya” yang menjurus pada hubungan dengan lawan sejenis. Di tempat itu pula Ki Ageng Surya Alam menjadi terkenal dengan nama populer Ki Ageng Kutu.

Dari asal usul mendirikan perguruan dapat diterka
bahwa Ki Ageng Kutu melakukan oposisi terhadap
kekuasaan Raja. Hal tersebut ditunjukkan pula oleh Ki Ageng Kutu, yang juga seorang seniman, melalui
karya seni ciptaannya. Isi dan cara pengungkapan
merupakan gambaran karikatural situasi negara Majapahit pada waktu itu. Kesenian inilah yang
kemudian dikenal dengan nama Reog. Reog asli yang diciptakan Ki Ageng Kutu ini sangat
sederhana. Satu unit reog hasil ciptaan Ki Ageng Kutu terdiri dari para pelaku: Singabarong dengan bulu meraknya, bujungganong, dua jathilan dengan penari dua orang laki-laki yang didandani perempuan. Alat musik (tetabuhannya) terdiri dari satu kendang, dua angklung, satu kenong, satu gong, satu selompret. Sedangkan pegiring terdiri dari beberapa orang yang tidak ditentukan jumlahnya, tugasnya serabutan membantu dimana diperlukan dan terutama memeriahkan suasana dengan senggakan-senggakan dan sorak-sorai yang riuh gemuruh. Singabarong dimaksudkan sebagai pengejawantahan Raja yang sedang berkuasa, burung merak di kepala melambangkan permaisuri raja yang sedang menduduki kepala raja. Bujangganong atau ganong diwujudkan dalam bentuk topeng merah dengan mata melotot dan kumis panjang, hidung panjang yang melambangkan si pencipta kesenian tersebut, Hal ini tergambar jelas pada saat Bujangganong menari bersama Singabarong. Sedang sepasang penari jathilan (jaran kepang) yang dimainkan oleh laki-laki dengan dandananperempuan, dimaksudkan sebagai gambaran prajurit-prajurit kerajaan yang telah kehilangan kejantanannya. Dalam tarian digambarkan pula penari jathilan tidak lagi disiplin terhadap sang Raja (Singabarong). Bunyi tetabuhan yang riuh, dibarengi dengan sorak-sorai dan senggakan-senggakan menggambarkan
usaha Bujangganong menarik perhatian rakyat agar
menyaksikan tingkah laku raja. Sepeninggal Ki Aeng Kutu, kesenian reog yang sudah berakar di masyarakat diteruskan oleh Ki Ageng Mirah, tetapi Ki Ageng Mirah memperbaharui reog ciptaan Ki Ageng Kutu. Bila yang terdahulu menggambarkan usaha menjatuhkan atau menyindir Prabu Kertabumi kini digantikan dengan latar belakang legenda yang disambil dari cerita-cerita Panji. Tokoh-tokoh yang semula tidak ada pada reog ciptaan Ki Ageng Kutu ditambah dengan tokoh-tokoh seperti Kelana Sewandana, Sri Ghentayu, Dewi Sanggalangit dan lain-lainnya.

Dalam perkembangannya dari masa ke masa reog mengalami pasang surut. Pada zaman penjajahan
Belanda, Reog pernah dilarang dipentaskan karena
sering menimbulkan keributan, terutama disebabkan karena persaingan antar Warok yang ingin lebih diakui keberadaannya. Setelah kurang lebih dua puluh tahun mandeg, salah seorang Bupati Ponorogo meminta kepada pemerintah Belanda agar reog diijinkan dipentaskan. Untuk itu Bupati tersebut menjamin ketertibannya. Kemudian baru tahun 1936 reog diijinkan dipentaskan. Beberapa tahun kemudian kembali kesenian reog mengalami guncangan karena reog di bawah pemerintahan Jepang sangat sulit berkembang. Hal tersebut diakibatkan oleh sikap pemerintah Jepang yang tidak memberikan waktu kepada masyarakat untuk mengembangkan kesenian reog secara wajar.
Anggota unit reog biasanya tidak pernah luput dari
bermacam-macam kewajiban yang digerakkan oleh
pemerintah Jepang. Setelah perubahan yang dilakukan oleh Ki Ageng Mirah,Reog Ponorogo tidak lagi bersifat satirik belaka, tetapi telah bersifat legendarik yaitu menceriterakan kisah-kisah yang berhubungan dengan cerita Panji.
Jenisnya pun menjadi beraneka ragam, antara lain
versi Kelana-Sanggalangit (yang menceriterakan peperangan antara kerajaan Daha dengan kerajaan
Bantarangin Ponorogo), versi widjaya-Kilisuci yang
mengisahkan peperangan antara kerajaan Kahuripan dengan kerajaan Wengker, versi Asmarabangun-Rahwanaraja dan sebagainya. Dalam hal ini mulai ditambahkan berbagai tokoh yang disesuaikan dengan ceritera yang dikehendaki. Menyaksikan sebuah pertunjukan Reog Ponorogo,
disamping menyaksikan kisah-kisah ceritera, juga
dapat disaksikan keterampilan berakrobat dari para
pemainnya. Para pemain seperti mempunyai
kekuatan luar biasa. Pemain Singabarong dapat
begerak lincah walaupun beban yang dibawa cukup berat. Bahkan dalam pertunjukan tertentu reog sering menampilkan ketangkasan dan kemampuan pemain melakukan sesuatu di luar kemampuan manusia biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar